Rabu, 30 Oktober 2013

Bambu Dipandang Sebagai Material Alternatif yang Tepat Untuk Pengganti Kayu


Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.
Bambu merupakan pohon yang umum dijadikan salah satu material bangunan dan banyak tersedia di Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis bambu di dunia, 11% diantaranya merupakan jenis asli negeri ini. Bambu sering dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari; seperti untuk bahan mebel, konstruksi rumah, peralatan pertanian, kerajinan, alat
musik, bahkan bisa dijadikan makanan. Dalam bidang konstruksi, dikarenakan memiliki karakter yang lentur namun kuat serta mudah dibudidayakan, bambu dipandang sebagai material alternatif yang tepat untuk pengganti kayu yang persediaannya sudah semakin menipis (sumber : www.bambuawet.com )
Dari berbagai penelitian, struktur bambu terbukti  memiliki  banyak  keunggulan. Seratnya yang liat dan  elastis  sangat  baik dalam menahan beban (baik beban  tekan/tarik, geser, maupun tekuk). Fakultas Kehutanan IPB  mengungkapkan fakta bahwa  kuat tekan bambu (yang  berkualitas)  sama  dengan kayu, bahkan  kuat tariknya  lebih baik daripada  kayu. Bahkan,  dengan kekuatan seperti  ini, jenis bambu tertentu bisa  menggantikan baja sebagai tulangan beton.
Sudah waktunya Indonesia mempunyai standar bambu yang berlaku secara nasional dengan merujuk pada  standar bambu internasional yang sudah ada  seperti, ISO  22156 (2004) dan ISO 22157-1: 2004 (E) yang disesuaikan dengan jenis bambu yang ada di Indonesia. Langkah awal untuk maksud ini sudah dimulai dari di Puslitbang Permukiman dengan menghadirkan para ahli/peneliti bambu dari UGM, ITB, IPB, LIPI, PROSEA dan Puslitbang Permukiman yang hasilnya dapat dipakai sebagai informasi awal untuk langkah-langkah selanjutnya dalam merealisasikan standar  bambu. Dengan tersedianya  standar bambu untuk bangunan diharapkan produk  yang  menggunakan bambu  dapat  lebih berkualitas, lebih lama  umur pakainya, seragam dalam penggunaannya, dapat meningkatkan nilai tambah bambu sehingga dapat menggantikan peran kayu di masa mendatang.
Meminimalisir penggunaan kayu dengan menggantinya dengan bambu, sehingga penggunaan kayu dan bambu seimbang karena jumlah kayu di Indonesia semakin berkurang karena penebangan yang terus – menerus.
JENIS BAMBU DI INDONESIA :
No.
Nama botani
Nama lokal
Daerah ditemukan
1.
Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend.
-
Jawa
2.
Bambusa arundinacea (Retz.) Wild.
Pring ori
Jawa, Sulawesi
3.
Bambusa atra Lindl.
Loleba
Maluku
4.
Bambusa balcooa Roxb.
-
Jawa
5.
Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f.
Bambu duri
Jawa, Sulawesi, Nusa
Tenggara
6.
Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro
Bambu pagar, cendani           
Jawa
7.
Bambusa horsfieldii Munro.
Bambu embong
Jawa
8.
Bambusa polymorpha Munro.
-
Jawa
9.
Bambusa tulda Munro.
-
Jawa
10.
Bambusa vulgaris Schard.
Awi ampel, haur
Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Maluku
11.
Dendrocalamus asper
Bambu petung
Jawa, Bali, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi
12.
Dendrocalamus giganteus Munro.
Bambu sembilang
Jawa
13.
Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness.
Bambu batu
Jawa
14.
Dinochloa scandens O.K.
Bambu cangkoreh,
Kadalan
Jawa
15.
Gigantochloa apus Kurz.
Bambu apus, tali
Jawa
16.
Gigantochloa atroviolacea
Bambu hitam, wulung
Jawa
17.
Gigantochloa atter
Bambu ater, jawa benel,
buluh
Jawa
18.
Gigantochloa achmadii Widjaja.
Buluh apus
Sumatera
19.
Gigantochloa hasskarliana
Bambu lengka tali
Jawa, Bali, Sumatera
20.
Gigantochloa levis (Blanco) Merr.
Buluh suluk
Kalimantan
21.
Gigantochloa manggong Widjaja.
Bambu manggong
Jawa
22.
Gigantochloa nigrocillata Kurz
Bambu lengka, terung
terasi
Jawa
23.
Gigantochloa pruriens
Buluh rengen
Sumatera
24.
Gigantochloa psedoarundinaceae
Bambu andong,
gambang surat
Jawa
25.
Gigantochloa ridleyi Holtum.
Tiyang kaas
Bali
26.
Gigantochloa robusta Kurz.
Bambu mayan, temen
serit
Jawa, Bali, Sumatera
27.
Gigantochloa waryi Gamble
Buluh dabo
Sumatera
28.
Melocanna bacifera (Roxb) Kurz.
-
Jawa
29.
Nastus elegantissimus (Hassk) Holt.
Bambu eul-eul
Jawa
30.
Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera
bambu uncea
Jawa
31.
Schizotachyum blunei Ness.
Bambu wuluh, tamiang
Jawa, NTT, NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Maluku.
32.
Schizotachyum brachycladum Kuez.
Buluh nehe, awi buluh,
ute wanat, tomula
Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Maluku
33.
Schizotachyum candatum Backer ex Heyne
Buluh bungkok
Sumatera
34.
Schizotachyum lima (Blanco) Merr.
Bambu toi
Sulawesi, Maluku, Irian
Jaya
35.
Schizotachyum longispiculata Kurz.
Bambu jalur
Jawa, Sumatera,
Kalimantan
36.
Schizotachyum zollingeri Stend.
Bambu jala, cakeutreuk
Jawa, Sumatera
37.
Thryrsostachys siamensis Gamble.
-
Jawa


Kelebihan bambu sebagai bahan material :
-          Mudah digunakan dan murah.
-          Cara penyambungan cukup dengan paku dan ijuk yang kuat.
-          Material yang sangat lentur dan dapat dengan mudah kita bentuk sesuai dengan keinginan kita.
Kekurangan bambu sebagai bahan material :
-          Memiliki nilai keawetan yang cukup terbatas.
-          Kanji / serbuk bambu biasanya sangat digemari rayap.
-          Mutu bambu biasanya dipengaruhi oleh masa potong bambu (pemanenan), perawatan dan pengeringan bambu, dan pengawetan.
Perawatan bambu :
-          Pastikan usia bambu dan pengeringannya lebih lama
-          Membersihkan kerajinan bambu dengan menggunakan kain kering.
-          Jangan meletakkan kerajinan bambu ditempat yang lembab dan ber-air, karena dapat menyebabkan bambu jamuran.
-           Mengawetkan kerajinan bambu dengan metode Vertical Soak Diffusion (VSD) menggunakan larutan borate yang telah teruji keampuhannya memperpanjang umur bambu hingga puluhan tahun. (www.lkdmuntuklestari.comze.com)

Tidak ada komentar: